HADITS TENTANG PENTINYA ILMU
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA SEMESTER III MATA
KULIAH
HADITS PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU
ZAHRUL FATA, M.A

DISUSUN OLEH :
1. Andy Fatkhurrohman (210310110)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO 2011
Hadits Tentang
Pentingnya Ilmu
A. بَا بُ فْضْلِ اْلِعْلِم
حَدَ
ثَنَا سَعِيْدُ بِنْ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَ ثَنَي الَّليْثُ قَالَ حَدَ ثَنَي عُقْبَلَ
عَنْ اِبْنُ سِهَابْ عَنْ حَمْزَةَ بِنْ عَبْدُالله بِنْ عُمَرَ اَنَّ بِنْ عُمَرَ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَا اَنَا َناِئمُ اُتِيْتُ
بِقَدَحِ لَبَنٍ فَشَرِبْتُ حَتٌ اِنِيْ لَارَىْ الٌرَىَ يَحْرُجُ فِيْ أَطْفَارِى
ثُمٌ اَعْطَيْن فَضْلِيْ عُمَرَبْنَ عَلَى اّلدابَّةِوَخَيْرِهَ (روه بخاري)[1]
Artinya:
“Dari Hamzah bin Abdullah bin Umar, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW.
Bersabda : “Ketika saya tidur didatangkan pada saya segelas susu, lalu saya
minum, kemudian kelebihannya saya berikan kepada Umar bin Khattab mereka
berkata :”Engkau ta’wilkan apakah wahai Rasulullah?”Beliau Menjawab,”Ilmu”.
B.
Pohon Sanad :
اِنّيِ رَسُوْلُ الله ص.م
اِبْنُ عُمَرْ
حَمْزَةَ بِنْ عَبْدُالله بِنْ عُمَر
اِبْنُ
سِهَابْ
سَعِيْدُ
بِنْ عُفَيْرٍ
بخاري
C.
Kosa Kata (Gharib al – Hadits)
D.
Kandungan Hadits
Ilmu
sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena
menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu
ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun mencari keutamaan
ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar sebagai konsekuensi
menjalankan perintah Rasulullah itu proses belajar mengajar ini menimbulkan
perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah
menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu
terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur
kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat
Muslim dan dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan
sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat.
Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan
dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya. Begitu
tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun
pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Ibnu
munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat dimana
ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang diberikan
Allah kepadanya.[2]
Dengan mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum.
Hukum Allah dapat diamalkan, ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat
mustahil, karena salah satu kewajiban
islam yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut
ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya
dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban
sholat, puasa, zakat,. Adapun hadits yang menunjukkan kewajiban mencari ilmu
dan pentingnya ilmu misalnya :
حَدَ
ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ
شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ
الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.وَوَاضِعُ
اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ
وَالذَّهَبَ).[3]
Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap orang muslim
mencari ilmu, dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti
orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas. Orang yang
mempunyai ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya orang ini seperti
tanah tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberikan manfaat bagi
dirinya dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan Allah juga akan memudahkan
bagi orang-orang yang selama hidupnya hanya untuk mencari, dipermudahkan baginya
jalan menuju kesurga. Dengan ilmu derjat orang tersebut tinggi dihadapan Allah,
Allah pun akan meninggikan derajatnya di dunia maupun diakhirat nanti, seorang
muslim memperbanyak mengamalkan ilmu kepada orang lain, maka semakin tinggi
pula derajatnya dihadapan Allah, dibawah ini salah satu hadits yang menunjukkan
bahwa seseorang yang menempuh suatu jalan dalam hidupnya untuk mencari ilmu,
maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan menuju surga.
حَدَ
ثَنَا اَحْمَدْبِنْ يُوْنُسُ اُخْبَرَنَا زَائِدَةُ عَنْ الاُعْمَشِ.عَنْ اَبِيْ صَالِحِ
عَنْ هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (مَا مِنْ رَجُلَ
يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا اِلَّا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقًا
اِلَى الْجَنَّةَ وَمَنْ اَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبَهُ).[4]
Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia
maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya
kepada orang yang belum tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya
dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu
semasa hidupnya. Adapun hadits yang menunjukkan bahwa orang yang keluar semata
hanya berniat mencari ilmu kenudian Malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya
untuk orang tersebut adalah sebagai berikut :
حَدَ
ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَ عَبْدُ الَّر زَّا قِ, اُنْبَأَ نَا مَعْمَرُ, عَنْ عَاصِمُ
بْنُ أَبِيْ النَجُوْدِ, عَذْزِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ : قال : أَتَيْتُ صَفْوَانُ بْنُ
عَسّالٍ اْلمُرَادٍيَّ, فقال : مَا حاَءَ بِكَ؟ قلت : أُنْبِطُالْعِلْمِ,قَاأل : فَأِنِّي
سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم(مَا مَنْ خَا رِجِ خَرَجَ مَنْ بَيْتِهِ
فيْ طَلَبِ الْعِاْمِ اِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَا ئِكَةُ أَجْنِحَتَهَا ظًا بِمَا يَصْنَعُ).[5]
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli
ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk
membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni
langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari
kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi
pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan
akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki
diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa
lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam
mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat
diraih.
٢٢٣
- حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ
شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ
الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ.وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ
الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ).
-كتاب العلم
(م
: ا – ت : ا) با ب الحث على طلب العلم
٣٦٤١
- حَدَ ثَنَا مُسَدَّ دُ بْنُ مُسَرْهَدِ, اَحْبَرَنَا عَبْدُالله بْنُ الول,قال :
سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِبْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ
جَمِيْلٍ,عن كثربن قيس قال : (كُنْتُ جاَلِسًا مَعَ اُبِيْ الدَّرْدَاءِفِيْ مَسْجِدِ
دِمَسْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ : يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنّيِ جِئْتُكَ مِنْ
مَدِيْنَةِ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم لِحَدِيْثِ بَلَغَنِيْ أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ
عَنْ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَا جَئْتُ لِحَا جَةٍ.قال:فَأِنّيْ سَمِعْتُ
رسول الله صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ:مَنِ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهْ عِلْمًا
سَلَكَ الله بِهِ طَرِيْقًامِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ,وَاِنَّ اَلمَلا ئِكَةِلَتَضَحُ
اَجْنِحَتَهَارِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ.وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ
فِيْ السَّمَا وَاتِ وَالْاَرْضِ وَاالْحِيَتَانِ فِيْ جَوْفِ اْلمَلِكِ,وَاِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمَ عَلَى الْعَا بِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَالْبَدْرِ عَلَى سَا ئِرِالْكَواَكِبِ,وَإِنَّ
الْعُلَمَاءُ وَرَثهُ الْاَنْبِيَأَ,وَاِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَا
رًاوَلَالِرْ هَمَا وَرَثُوااْلعِلْمِ, فَمَنْ أَحَذَهُ اَحَذَبِحَظٍّ وَافِرٍ).[6]
Arinya
: Dari katsir bin Qays dia berkata : Aku pernah duduk bersama Abi Darda’ di
masjid Damsik, lalu ada seorang laki-lakidatang kepadanya berkata : ”Wahai Abu
Darda’, sebenarnya saya datang kepada engkau dari kota madinah Rasulullah SAW,
karena suatu hadits itu dari Rasulullah SAW, saya datang ke Syam ini tidak ada
keperluan lain”, Abu Darda’ berkata : sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
SAW, bersabda : “Barang siapa menempuh suatu jalan dengan tujuan mencari ilmu,
maka Allah jadikan ia dengannya menempuh suatu jalan diantara jalan-jalan
surga, karena senang kepada penuntut ilmu. Dan sesungguhnya orang alim,
siapapun yang dilangit dan bumi mereka benar-benar memohon ampun untuknya,
demikian pula semua ikan didalam air, sesungguhnya keutamaan orang alim dari
pada orang yang ahli ibadah, seperti halnya keutamaan bulan dimalam bulan
purnama terhadap semua binatang gemintang dan sesungguhnya Ulama’ adalah
pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi, mereka tidak mewariskan dinar, tidak
pula dirham. Mereka mewariskan ilmu, maka dia telah mengambil bagian yang
melimpah ruah”.
(3)حَدَ
ثَنَا اَحْمَدْبِنْ يُوْنُسُ اُخْبَرَنَا زَائِدَةُ عَنْ الاُعْمَشِ.عَنْ اَبِيْ
صَالِحِ عَنْ هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (مَا مِنْ
رَجُلَ يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا اِلَّا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ
طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةَ وَمَنْ اَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبَهُ) وَاَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ اَتَمَّ مِنْهُ,وَاَخْرَجَهُ التِّرْمِذِى
مُخْثَصَرً.
Artinya
: Dari Abu Hurairah R.A. dia berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : “Tidaklah
seorang yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, kecuali Allah mempermudah
baguinya jalan menuju surga. Dan barang siapa lalai mengerjakan amal kebaikan,
maka dia tidak akan dapat mengejar ketinggalan dengan nasab keturunannya”.
Hadits ini dikeluarkan oleh Muslim dengan lebih sempurna, Turmudzi
mengeluarkannya pula secara singkat.
4)
Sunan Ibnu Majah I
حَدَ
ثَنَا مُحَمَّدْ بْنُ يَحْيَ. عَبْدُالرَّزَّاقَ.اَنْبَأَنَامَعْمَرَ.عَنْ عَا صِمُ
بْنُ أَبِيْ النَّجُوْدِ,عَنْ زِرِّبْنِ حُبَيْسٍ : قال : أَتَيْتُ صفوا بن عَسَّالِ
الْمُرَادِىَّ فَقَالَ : مَاحَاءَبْكَ؟قُلْتُ : أُنْبِطُ الْعِلْمَ. قال : فَأِزِّ
سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (مَا مِنْ خَارِجِ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ
فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَا ئِكَةُ اَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا
يَصْنَعُ).[7]
Artinya
: Menawarkan kepada kami Muhammad bin yahya, Menawarkan kepada kami
Abdur-Razzaq, memberitakan kepada kami Ma’mar dan Ashin bin Abu Najud, dari
Zirrin Hubais, dia berkata : Saya mendatangi Soffan bin ‘Assal Al-muradhiy.
“Beliau berkata : “Kamu datang berniat apa?”
Saya
Menjawab : “Saya hendak mencari ilmu”.
Beliau
berkata : “Maka Sesungguhnya aku mendengar Rsullulah SAW bersabda :
Tiadalah
seorangpun keluar dari rumahnya dalam mencari Ilmu, kecuali para malaikat
meletakkan sayapnya untuknya karena senang apa yang dilakukannya.
E.
Kandungan Hadits
Di dalam hadits tersebut,
حَدَثَنَا
مُحَمَّدْ بْنُ الْعَلَا ءِ قَالَ حَدَثَتَا حَمَّا دُبْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُدَ يْدِبْنِ
عَبْدُالله عَنْ اَبِيْ بُرْدَةَ عَنْ أَبِيْ مُوْسَ عَنْ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِيْ الله بِهِ مِنَالْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ
الْغَيْبِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضً فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةُ فَبِلَتِ الْمَاءَ
فَأَنْبَتِ الْكَلَأَ وَالْعُثْبَ الْكَثِيْرِ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجِادِبُ أَمْسَكَتِ
الماَءَفَنَفَعَ الله بِهَاالنَّاسَ فَثَرِبُوْا وَسَقَوْا وَزَعُوْا وَأَصَا بَتْ
مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى اِنَّمَا هِيَ قِيْعَانُ لَاتُمْسِكُ مَاءًوَلَا تُنْبِتُ
كَلَأً فَذَ لِكَ مَثَلُ مَنْ فَقَهُ فِيْ دِيْنِ الله وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِيْ
الله بِهِ فَعَلَمِ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْ فَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ
يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّلذِى اُرْسِلْتُ بِهِ.(صحيح البحري).[8]
Artinya
: Dari Musa ra. Dari Nabi SAW. Beliu bersabda :”Perumpamaan apa yang dituliskan
oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang
mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat menerima air
lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat
menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang
yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai
agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan
mengajar, dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau
menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya.
Hadits diatas menjelaskan
bahwasannya orang yang menempuh suatu jalan dengan tujuan mencari ilmu, maka
Allah akan mempermudah dia masuk surga, dan siapapun yang ada di langit dan
dibumi mereka memohon ampun untuknya, demikian pula semua ikan didalam air.
Karena keutamaan orang alim dan pada ahli ibadah. Ulama’ adalah pewaris pada
Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham, mereka mewariskan
ilmu, maka barang siapa mengambil ilmu, maka dia telah mengambil bagian yang
melempah ruah. Puncak dari keutamaan ahli ilmu adalah mereka jadikan pewaris
para Nabi, artinya mereka menjadi penjaga ajaran mereka, bagi semua ahli ilmu
atau ppara Ulama’ dari zaman dahulu sampai pada zaman Nabi Muhammad SAW. Karena
itu peran Ulama’ di zaman kita sekarang adalah menjaga kemurnian ajaran Nabi
Muhammad SAW dan mengajarkannya kepada masyarakat yang tak tahu. Di dalam
Al-qur’an juga terdapat ayat mengenai keutamaan / pentingnya ilmu, dalam Q.S.
Al-Mujadilah : 11
يَرْفَعِ
اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْ مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْ تُوْالْعِلْمَ وَدَرَجَتِ
Artinya
:”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Dalam ayat diatas ada yang
berpendapat bahwa “Allah meninggikan orang mu’min uang alim diatas orang mu’min
yang tidak alim. Ketinggian derjat ilmu menunjukkan keutamaannya, banyaknya
pahala, yang mana dengan banyaknya pahala tersebut. Maka derajat seseorang akan
ada ayat mengenai ilmu pada Q.S. Thaaha : 114
فَتَعَلَى
اللهُ الْمُلْكُ الْحَقَّ ج وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْ آنَ مِنْ قَبْلِ
اَيُّقْضَ اِلَيْكَ وَحْيُهُ صلي وَقُلَ رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا.
Ayat ini merupakan dalil yang
menunjukkan keutamaan ilmu pengetahuan, karena Allah tidak pernah memerintahkan
kepada Nabi-Nya untuk mencari sesuatu kecuali menuntut ilmu syari’at, yang
berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf.[9]
Begitu Pentingnya Ilmu bagi diri sendir dan orang lain, dan bagi
perubahan dan perkembangan masyarakat. Tanpa ilmu kita juga tidak akan
mengetahui hukum-hukum syariat yang wajib dilakukan oleh orang mukallaf tentang
urusan Agama yang meliputi Ibadah, Mualamalah, Ilmu tentang Allah dan
sifat-sifatnya baik yang wajib maupun yang mustahil baginya.
F. Penutup
Dari hadits dan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa menuntut itu
wajib bagi setiap muslim, dan manfaatnya begitu banyak baik bagi diri sendiri
ataupun bagi orang lain, lebih banyak lagi bagi perubahan dan perkembangan
dalam suatu masyarakat. Dan Allah pun akan meninggikan derajat yang tinggi di
dunia maupun di akhirat nanti bagi bagi orang yang berilmudan mengamalkan serta
mengajarnya kepada orang lain yang belum mengetahui. Orang yang mengamalkan
ilmu terus menerus maka Allah juga akan menambah derajatnya di dunia dan
akhirat. Ilmu sebagai suatu pengetahuan yang diperoleh melalui cara-cara
tertentu. Dengan adanya proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan
dan sebagai tenaga pendorong perubahan masyarakat. Oleh karena itu peran ilmu
dalam kehidupan sangat utama. Orang yang keluar dan berniat mencari ilmu, maka
malaikat akan meltakkan sayap-sayapnya sebagai rasa senang atas apa yang
dilakukan orang tersebut, dan semua apa-apa yang dilangit dan dibumi pun juga
akan mendo’akannya, ikan di air pun ikut mendo’akan. Sungguh mulia orang yang
berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari ilmu adalah agar dimudahkan
dalam masuk surga Allah, Allah pun juga akan juga akan mempermudah baginya
masuk surga.[10]
[1] Hadits Riwayat Bukhori dalam shohihnya, kitab al-ilmu, Bab Fadhilah
al-ilmi (Beirut : Dar al-Fikri 2001) Jilid 5.
[2] Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, Fathul Baari syarah
(jakarta : pustaka Azzam, 2002) jilid 5, hal 345.
[3] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi, Bab Keutamaan
Ulama’ dan anjuran mencari ilmu (Bentuk-bentuk Dar Al Fikri 2001) Jilid 1.
Hal 183.
[4] Hadits Sunan Abu Daud, Kitab al-ilmi (Semarang : CV. Asy Syifa’
1993) Jilid IV. Hal
[5] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi (Beirut : Dar
Al-Fikri, 2001) Jilid 3, hal 184.
[6] Hadit Riwayat Sunan Abu Daud, kitab Al-ilmi, Bab Fadhilah Ilmi
(Beirut : Dar al-fikri) Jilid 3, hal 313.
[7] Ibid 183-184
[8] Bukhori, Kitabul Ilmi (Beirut : Darul Al-Fikri) Jilid 1 hal 30
[9] Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah
(Jakarta : Pustaka Azzam : 2002) Jilid 5. Hal 263.
[10] Prof. M. Dawam Rahardjo, SE, Ensiklopedi Al-qur’an (Jakarta : Paramida
1996) hal 530.