Selasa, 17 Desember 2013



HADITS TENTANG PENTINYA ILMU
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA SEMESTER III MATA KULIAH
HADITS PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU
ZAHRUL FATA, M.A







DISUSUN OLEH :
1. Andy Fatkhurrohman         (210310110)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO 2011




Hadits Tentang Pentingnya Ilmu
A.  بَا بُ فْضْلِ اْلِعْلِم
حَدَ ثَنَا سَعِيْدُ بِنْ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَ ثَنَي الَّليْثُ قَالَ حَدَ ثَنَي عُقْبَلَ عَنْ اِبْنُ سِهَابْ عَنْ حَمْزَةَ بِنْ عَبْدُالله بِنْ عُمَرَ اَنَّ بِنْ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَا اَنَا َناِئمُ اُتِيْتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ فَشَرِبْتُ حَتٌ اِنِيْ لَارَىْ الٌرَىَ يَحْرُجُ فِيْ أَطْفَارِى ثُمٌ اَعْطَيْن فَضْلِيْ عُمَرَبْنَ عَلَى اّلدابَّةِوَخَيْرِهَ (روه بخاري)[1]
Artinya: “Dari Hamzah bin Abdullah bin Umar, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW. Bersabda : “Ketika saya tidur didatangkan pada saya segelas susu, lalu saya minum, kemudian kelebihannya saya berikan kepada Umar bin Khattab mereka berkata :”Engkau ta’wilkan apakah wahai Rasulullah?”Beliau Menjawab,”Ilmu”.
B.     Pohon Sanad :
اِنّيِ رَسُوْلُ الله ص.م

اِبْنُ عُمَرْ

حَمْزَةَ بِنْ عَبْدُالله بِنْ عُمَر

اِبْنُ سِهَابْ

سَعِيْدُ بِنْ عُفَيْرٍ

بخاري
C.     Kosa Kata (Gharib al – Hadits)
D.    Kandungan Hadits
Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun mencari keutamaan ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar sebagai konsekuensi menjalankan perintah Rasulullah itu proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat Muslim dan dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat. Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya. Begitu tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang diberikan Allah kepadanya.[2] Dengan mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum Allah dapat diamalkan, ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil, karena  salah satu kewajiban islam yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban sholat, puasa, zakat,. Adapun hadits yang menunjukkan kewajiban mencari ilmu dan pentingnya ilmu misalnya :

حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ).[3]

Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap orang muslim mencari ilmu, dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas. Orang yang mempunyai ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya orang ini seperti tanah tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan Allah juga akan memudahkan bagi orang-orang yang selama hidupnya hanya untuk mencari, dipermudahkan baginya jalan menuju kesurga. Dengan ilmu derjat orang tersebut tinggi dihadapan Allah, Allah pun akan meninggikan derajatnya di dunia maupun diakhirat nanti, seorang muslim memperbanyak mengamalkan ilmu kepada orang lain, maka semakin tinggi pula derajatnya dihadapan Allah, dibawah ini salah satu hadits yang menunjukkan bahwa seseorang yang menempuh suatu jalan dalam hidupnya untuk mencari ilmu, maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan menuju surga.
حَدَ ثَنَا اَحْمَدْبِنْ يُوْنُسُ اُخْبَرَنَا زَائِدَةُ عَنْ الاُعْمَشِ.عَنْ اَبِيْ صَالِحِ عَنْ هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (مَا مِنْ رَجُلَ يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا اِلَّا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةَ وَمَنْ اَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبَهُ).[4]
Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa hidupnya. Adapun hadits yang menunjukkan bahwa orang yang keluar semata hanya berniat mencari ilmu kenudian Malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut adalah sebagai berikut :
حَدَ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَ عَبْدُ الَّر زَّا قِ, اُنْبَأَ نَا مَعْمَرُ, عَنْ عَاصِمُ بْنُ أَبِيْ النَجُوْدِ, عَذْزِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ : قال : أَتَيْتُ صَفْوَانُ بْنُ عَسّالٍ اْلمُرَادٍيَّ, فقال : مَا حاَءَ بِكَ؟ قلت : أُنْبِطُالْعِلْمِ,قَاأل : فَأِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم(مَا مَنْ خَا رِجِ خَرَجَ مَنْ بَيْتِهِ فيْ طَلَبِ الْعِاْمِ اِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَا ئِكَةُ  أَجْنِحَتَهَا ظًا بِمَا يَصْنَعُ).[5]
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih.
٢٢٣ - حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ).

-كتاب العلم
(م : ا – ت : ا) با ب الحث على طلب العلم
٣٦٤١ - حَدَ ثَنَا مُسَدَّ دُ بْنُ مُسَرْهَدِ, اَحْبَرَنَا عَبْدُالله بْنُ الول,قال : سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِبْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيْلٍ,عن كثربن قيس قال : (كُنْتُ جاَلِسًا مَعَ اُبِيْ الدَّرْدَاءِفِيْ مَسْجِدِ دِمَسْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ : يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنّيِ جِئْتُكَ مِنْ مَدِيْنَةِ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم لِحَدِيْثِ بَلَغَنِيْ أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَا جَئْتُ لِحَا جَةٍ.قال:فَأِنّيْ سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ:مَنِ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهْ عِلْمًا سَلَكَ الله بِهِ طَرِيْقًامِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ,وَاِنَّ اَلمَلا ئِكَةِلَتَضَحُ اَجْنِحَتَهَارِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ.وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِيْ السَّمَا وَاتِ وَالْاَرْضِ وَاالْحِيَتَانِ فِيْ جَوْفِ اْلمَلِكِ,وَاِنَّ فَضْلَ الْعَالِمَ عَلَى الْعَا بِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَالْبَدْرِ عَلَى سَا ئِرِالْكَواَكِبِ,وَإِنَّ الْعُلَمَاءُ وَرَثهُ الْاَنْبِيَأَ,وَاِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَا رًاوَلَالِرْ هَمَا وَرَثُوااْلعِلْمِ, فَمَنْ أَحَذَهُ اَحَذَبِحَظٍّ وَافِرٍ).[6]
Arinya : Dari katsir bin Qays dia berkata : Aku pernah duduk bersama Abi Darda’ di masjid Damsik, lalu ada seorang laki-lakidatang kepadanya berkata : ”Wahai Abu Darda’, sebenarnya saya datang kepada engkau dari kota madinah Rasulullah SAW, karena suatu hadits itu dari Rasulullah SAW, saya datang ke Syam ini tidak ada keperluan lain”, Abu Darda’ berkata : sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda : “Barang siapa menempuh suatu jalan dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah jadikan ia dengannya menempuh suatu jalan diantara jalan-jalan surga, karena senang kepada penuntut ilmu. Dan sesungguhnya orang alim, siapapun yang dilangit dan bumi mereka benar-benar memohon ampun untuknya, demikian pula semua ikan didalam air, sesungguhnya keutamaan orang alim dari pada orang yang ahli ibadah, seperti halnya keutamaan bulan dimalam bulan purnama terhadap semua binatang gemintang dan sesungguhnya Ulama’ adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi, mereka tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham. Mereka mewariskan ilmu, maka dia telah mengambil bagian yang melimpah ruah”.
(3)حَدَ ثَنَا اَحْمَدْبِنْ يُوْنُسُ اُخْبَرَنَا زَائِدَةُ عَنْ الاُعْمَشِ.عَنْ اَبِيْ صَالِحِ عَنْ هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (مَا مِنْ رَجُلَ يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا اِلَّا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةَ وَمَنْ اَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبَهُ) وَاَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ اَتَمَّ مِنْهُ,وَاَخْرَجَهُ التِّرْمِذِى مُخْثَصَرً.
Artinya : Dari Abu Hurairah R.A. dia berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : “Tidaklah seorang yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, kecuali Allah mempermudah baguinya jalan menuju surga. Dan barang siapa lalai mengerjakan amal kebaikan, maka dia tidak akan dapat mengejar ketinggalan dengan nasab keturunannya”. Hadits ini dikeluarkan oleh Muslim dengan lebih sempurna, Turmudzi mengeluarkannya pula secara singkat.
4) Sunan Ibnu Majah I
حَدَ ثَنَا مُحَمَّدْ بْنُ يَحْيَ. عَبْدُالرَّزَّاقَ.اَنْبَأَنَامَعْمَرَ.عَنْ عَا صِمُ بْنُ أَبِيْ النَّجُوْدِ,عَنْ زِرِّبْنِ حُبَيْسٍ : قال : أَتَيْتُ صفوا بن عَسَّالِ الْمُرَادِىَّ فَقَالَ : مَاحَاءَبْكَ؟قُلْتُ : أُنْبِطُ الْعِلْمَ. قال : فَأِزِّ سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (مَا مِنْ خَارِجِ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَا ئِكَةُ اَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا يَصْنَعُ).[7]
Artinya : Menawarkan kepada kami Muhammad bin yahya, Menawarkan kepada kami Abdur-Razzaq, memberitakan kepada kami Ma’mar dan Ashin bin Abu Najud, dari Zirrin Hubais, dia berkata : Saya mendatangi Soffan bin ‘Assal Al-muradhiy.



 “Beliau berkata : “Kamu datang berniat apa?”
Saya Menjawab : “Saya hendak mencari ilmu”.
Beliau berkata : “Maka Sesungguhnya aku mendengar Rsullulah SAW bersabda :
Tiadalah seorangpun keluar dari rumahnya dalam mencari Ilmu, kecuali para malaikat meletakkan sayapnya untuknya karena senang apa yang dilakukannya.
E. Kandungan Hadits
            Di dalam hadits tersebut,
حَدَثَنَا مُحَمَّدْ بْنُ الْعَلَا ءِ قَالَ حَدَثَتَا حَمَّا دُبْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُدَ يْدِبْنِ عَبْدُالله عَنْ اَبِيْ بُرْدَةَ عَنْ أَبِيْ مُوْسَ عَنْ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِيْ الله بِهِ مِنَالْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْبِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضً فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةُ فَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتِ الْكَلَأَ وَالْعُثْبَ الْكَثِيْرِ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجِادِبُ أَمْسَكَتِ الماَءَفَنَفَعَ الله بِهَاالنَّاسَ فَثَرِبُوْا وَسَقَوْا وَزَعُوْا وَأَصَا بَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى اِنَّمَا هِيَ قِيْعَانُ لَاتُمْسِكُ مَاءًوَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَ لِكَ مَثَلُ مَنْ فَقَهُ فِيْ دِيْنِ الله وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِيْ الله بِهِ فَعَلَمِ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْ فَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّلذِى اُرْسِلْتُ بِهِ.(صحيح البحري).[8]
Artinya : Dari Musa ra. Dari Nabi SAW. Beliu bersabda :”Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah, yang mana saya di utus dengannya.
            Hadits diatas menjelaskan bahwasannya orang yang menempuh suatu jalan dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan mempermudah dia masuk surga, dan siapapun yang ada di langit dan dibumi mereka memohon ampun untuknya, demikian pula semua ikan didalam air. Karena keutamaan orang alim dan pada ahli ibadah. Ulama’ adalah pewaris pada Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham, mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambil ilmu, maka dia telah mengambil bagian yang melempah ruah. Puncak dari keutamaan ahli ilmu adalah mereka jadikan pewaris para Nabi, artinya mereka menjadi penjaga ajaran mereka, bagi semua ahli ilmu atau ppara Ulama’ dari zaman dahulu sampai pada zaman Nabi Muhammad SAW. Karena itu peran Ulama’ di zaman kita sekarang adalah menjaga kemurnian ajaran Nabi Muhammad SAW dan mengajarkannya kepada masyarakat yang tak tahu. Di dalam Al-qur’an juga terdapat ayat mengenai keutamaan / pentingnya ilmu, dalam Q.S. Al-Mujadilah : 11
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْ مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْ تُوْالْعِلْمَ وَدَرَجَتِ
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
            Dalam ayat diatas ada yang berpendapat bahwa “Allah meninggikan orang mu’min uang alim diatas orang mu’min yang tidak alim. Ketinggian derjat ilmu menunjukkan keutamaannya, banyaknya pahala, yang mana dengan banyaknya pahala tersebut. Maka derajat seseorang akan ada ayat mengenai ilmu pada Q.S. Thaaha : 114
فَتَعَلَى اللهُ الْمُلْكُ الْحَقَّ ج وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْ آنَ مِنْ قَبْلِ اَيُّقْضَ اِلَيْكَ وَحْيُهُ صلي وَقُلَ رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا.
            Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu pengetahuan, karena Allah tidak pernah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mencari sesuatu kecuali menuntut ilmu syari’at, yang berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf.[9]
Begitu Pentingnya Ilmu bagi diri sendir dan orang lain, dan bagi perubahan dan perkembangan masyarakat. Tanpa ilmu kita juga tidak akan mengetahui hukum-hukum syariat yang wajib dilakukan oleh orang mukallaf tentang urusan Agama yang meliputi Ibadah, Mualamalah, Ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya baik yang wajib maupun yang mustahil baginya.



















F. Penutup
            Dari hadits dan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa menuntut itu wajib bagi setiap muslim, dan manfaatnya begitu banyak baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, lebih banyak lagi bagi perubahan dan perkembangan dalam suatu masyarakat. Dan Allah pun akan meninggikan derajat yang tinggi di dunia maupun di akhirat nanti bagi bagi orang yang berilmudan mengamalkan serta mengajarnya kepada orang lain yang belum mengetahui. Orang yang mengamalkan ilmu terus menerus maka Allah juga akan menambah derajatnya di dunia dan akhirat. Ilmu sebagai suatu pengetahuan yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Dengan adanya proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan dan sebagai tenaga pendorong perubahan masyarakat. Oleh karena itu peran ilmu dalam kehidupan sangat utama. Orang yang keluar dan berniat mencari ilmu, maka malaikat akan meltakkan sayap-sayapnya sebagai rasa senang atas apa yang dilakukan orang tersebut, dan semua apa-apa yang dilangit dan dibumi pun juga akan mendo’akannya, ikan di air pun ikut mendo’akan. Sungguh mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk surga Allah, Allah pun juga akan juga akan mempermudah baginya masuk surga.[10]


[1] Hadits Riwayat Bukhori dalam shohihnya, kitab al-ilmu, Bab Fadhilah al-ilmi (Beirut : Dar al-Fikri 2001) Jilid 5.
[2] Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, Fathul Baari syarah (jakarta : pustaka Azzam, 2002) jilid 5, hal 345.
[3] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi, Bab Keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari ilmu (Bentuk-bentuk Dar Al Fikri 2001) Jilid 1. Hal 183.
[4] Hadits Sunan Abu Daud, Kitab al-ilmi (Semarang : CV. Asy Syifa’ 1993) Jilid IV. Hal
[5] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi (Beirut : Dar Al-Fikri, 2001) Jilid 3, hal 184.
[6] Hadit Riwayat Sunan Abu Daud, kitab Al-ilmi, Bab Fadhilah Ilmi (Beirut : Dar al-fikri) Jilid 3, hal 313.
[7] Ibid 183-184
[8] Bukhori, Kitabul Ilmi (Beirut : Darul Al-Fikri) Jilid 1 hal 30
[9] Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah (Jakarta : Pustaka Azzam : 2002) Jilid 5. Hal 263.
[10] Prof. M. Dawam Rahardjo, SE, Ensiklopedi Al-qur’an (Jakarta : Paramida 1996) hal 530.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar